KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat-NYA
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Juga tidak lupa nabi nesar kiat,
Muhammad SAW yang telah menuntun kita ke jalan yaang lurus, semoga kita tetap istiqomah
hingga akhir zaman. Makalah ini disusun sebagai pelengkap materi perkuliahan
Pengantar Sosiologi. Kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini memang masih
jauh dari kesempurnaan.
Pada
kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membimbing, membantu, dan mendorong dalam pembuatan makalah ini.
Mudah-mudahan Allah SWT dapat membalas semua budi baik yang telah diberikan
kepada kami.
Dengan
segala hormat, kami mohon kritik dan sarannya untuk kesempurnaan dimasa yang
akan datang kepada semua pihak, dan semoga makalah ini ada manfaatnya untuk
pihak-pihak yang lain.
Palembang, 11 April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia
adalah satu-satunya makhluk Tuhan yang dianugerahi akal atau pikiran untuk
digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lalu, untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia tidak dapat melakukan segala sesuatu sendiri, untuk itu
manusia berinteraksi dengan sesamanya yang dinamakan bermasyarakat. Proses
berinteraksi ini dinamakan Interaksi sosial yang merupakan intisari kehidupan
sosial, yang artinya kehidupan sosial tampak secara konkret dalam berbagai
bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain. Nah, proses interaksi ini
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, diantaranya imitasi, sugesti,
identifikasi, dan simpati.
Pada
kesempatan ini, kami akan membahas tentang imitasi. Karena sekarang ini, di
Indonesia proses imitasi kian hari semakin luas dan subjek yang paling dominan
didalamnya adalah remaja yaitu salah satu kumpulan masyarakat yang rentan
sekali untuk melakukan imitasi. Ini dikarenakan, remaja yang pada masanya ini
sedang berusaha untuk mencari jati diri, berusaha membentuk kepercayaan dirinya,
dan sedang berusaha memilah apa-apa yang baik untuk dilakukan demi masa
depannya nanti.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa pengertian Imitasi?
2.
Apa saja faktor-faktor
yang melatarbelakangi terjadinya Pengimitasian pada Remaja di Indonesia?
3.
Apa saja bentuk Pengimitasian
yang terjadi pada Remaja di Indonesia?
4.
Sejauh manakah
Perkembangan Imitasi pada Remaja di Indonesia?
5.
Apa saja dampak positif
dari Pengimitasian tersebut?
6.
Apa saja dampak negatif
dari Pengimitasian tersebut?
1.3 Tujuan
permasalahan
Kami
membahas tentang imitasi yang terjadi di Indonesia ini bertujuan agar kita tahu
apa itu imitasi, mengapa imitasi perlu dibahas, dan seberapa besar pengaruhnya
bagi kepribadian seseorang. Dan hendaknya setelah kita mengetahuinya, kita
dapat mengidentifikasi sendiri apakah kita juga termasuk kelompok yang sering
atau mungkin pernah melakukannya dalam kehidupan kita.
Dan
hendaknya kita juga dapat mengetahui bagaimana cara menindaklanjuti jika kita
melakukan imitasi yang sudah parah atau apakah imitasi yang kita lakukan adalah
imitasi yang menguntungkan atau tidak. Dan bagaimana perkembangan lingkungan
imitasi di masyarakat Indonesia sekarang ini.
Terakhir
yang tak kalah pentingnya adalah Agar kita sebagai mahasiswa dan sebagai
penerus bangsa bisa memfilter budaya asing yang masuk serta dapat memupuk
mental kita agar tidak mudah terbawa oleh arus negatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Imitasi
Imitasi
merupakan salah satu faktor interaksi sosial yang terjadi di dalam masyarakat.
Selain imitasi, ada juga yang lainnya seperti sugesti, identifikasi, dan
simpati. Namun, kali ini kami hanya
membahas imitasi saja. Imitasi berasal dari bahasa Inggris, imitation yang artinya tiruan atau
peniruan. Jadi, imitasi adalah proses meniru orang lain mulai dari sikap,
perilaku, gaya, cara berfikir, penampilan, keterampilan, kemampuan, dan
lain-lain. Imitasi yang baik perlu didahului oleh penerimaan, penghormatan,
pengaguman, dan lain-lain pada sesuatu yang hendak ditiru tersebut. Tindakan
meniru ini mereka peroleh dengan cara belajar dan mengikuti perbuatan orang
lain yang menarik perhatiannya.( buku SMA kelas X )
2.2 Faktor-faktor
yang melatarbelakangi terjadinya Pengimitasian pada Remaja di Indonesia
a) Memiliki
minat perhatian yang cukup besar akan sesuatu hal yang menarik perhatiannya.
b) Sikap
menjunjung tinggi atau mengagumi hal–hal yang diimitasi.
c) Dapat
juga orang–orang mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku, karena hal itu
mempunyai penghargaan sosial yang tinggi. Jadi, seseorang mungkin mengimitasi
sesuatu karena ia ingin memperoleh penghargaan sosial di dalam lingkungannya.
d) Mendapat
pengaruh dari dunia sekitarnya seperti:
i.Media
massa
Media
massa juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya imitasi
yaitu media cetak seperti koran dan majalah yang didalamnya memuat sesuatu
berita atau informasi yang menarik untuk diikuti oleh pembacanya dan berusaha
untuk menyamakan dirinya dengan sesuatu yang ia lihat itu dan
mengaplikasikannya didalam kehidupannya, media televisi yang dapat menjangkau
dunia luar dengan mudah dan cepat, media internet yang sekarang sangat
digandrungi oleh hampir semua orang karena kita dapat mencari segala sesuatu
yang kita inginkan dengan mudah dan cepat, cukup sekali klik maka kita langsung
dapat menemukan apa yang kita cari.
ii.Lingkungan
Lingkungan
disini termasuk masyarakat disekitar kita baik itu teman sebaya kita ataupun
anggota keluarga kita. Mengapa teman sebaya termasuk didalamnya karena salah
satu pendorong adalah untuk memasuki suatu kelompok agar kita diterima oleh di
dalam lingkungan mereka kita harus bergaya seperti mereka, mengikuti seperti
apa yang mereka suruh, sehingga kita mau mengikuti mereka dan membuat kita sama
seperti mereka. Lalu anggota keluarga, ini sering tejadi pada anggota keluarga
yang mudah atau yang memiliki sosok yang ia turuti seperti saudara atau orang
tua mereka. Sosok yang mereka idolakan ini biasanya karena memiliki kharisma,
prestasi, perilaku yang menurut mereka cocok dengan kepribadian mereka sehingga
mereka berniat untuk mengikutinya atau mencontohkannya dalam kehidupan mereka.
iii.Masuknya budaya asing
Masuknya
budaya asing di Indonesia melalui media massa seperti televisi, majalah, dan
internet yang dapat dijumpai dan diikuti kapan saja oleh semua orang. Budaya
asing yang masuk sekarang dominannya adalah budaya barat, budaya timur, dan
yang baru beberapa tahun terakhir ini masuk yaitu budaya korea yang masuk
melalui produk
hiburan seperti drama, lagu dan film, umumnya pengkonsumsi
drama itu adalah kaum remaja.
2.3 Apa
saja bentuk pengimitasian pada remaja di Indonesia?
a)
Gaya hidup
b)
Bahasa
2.4 Sejauh
manakah Perkembangan Imitasi pada Remaja di Indonesia?
a. Gaya
hidup
Dewasa
ini, gaya hidup sering disalahgunakan oleh sebagian besar remaja. Apalagi para
remaja yang berada dalam kota Metropolitan. Mereka cenderung bergaya hidup
dengan mengikuti mode masa kini. Tentu saja, mode yang mereka tiru adalah mode
dari orang barat. Jika mereka dapat memfilter dengan baik dan tepat, maka
pengaruhnya juga akan positif. Namun sebaliknya, jika tidak pintar dalam memfilter
mode dari orang barat tersebut, maka akan berpengaruh negatif bagi mereka
sendiri.
Salah
satu contoh gaya hidup para remaja yang mengikuti mode orang barat dalam
kehidupan sehari-hari adalah masalah " Berpakaian ". Masalah
berpakaian para remaja masa kini selalu dikaitkan dengan perkembangan zaman dan
teknologi. Karena, sebagian remaja Indonesia khususnya, dalam berpakaian selalu
mengkuti mode yang berlaku. Bahkan yang lebih menyedihkan, di stasiun-stasiun
tv banyak ditampilkan contoh gaya hidup dalam berpakaian para remaja yang
mengikuti mode orang barat. Otomatis bukan hanya remaja Metropolitan saja yang
mengikuti mode tersebut, tetapi juga orang-orang yang berada dalam perkampungan
atau pedalaman. Dan sebagian besar remaja Indonesia belum dapat memfilter
budaya tersebut dengan baik.
Selain
budaya barat, yang lagi marak-maraknya sekarang adalah budaya korea yang
disebut dengan “Demam Korea”. Kita akan melihat bahwa hampir keseluruhan dari mereka
sekarang sedang mengidap demam Korea. Gejalanya mudah dilihat. Curi
dengarlah perbincangan sehari-hari mereka. Apalagi kalau bukan seputar film
terbaru aktor, aktris korea yang putih, tampan, cantik. Juga tentang
lagu-lagu terbaru dari boyband, girlband Korea yang suka
menari-nari itu.
Lalu lihatlah tingkah laku dan gaya
mereka. Mereka sudah mengimitasi diri menjadi ke-korea-korea-an pula.
Gaya rambut persis artis korea a, b, c yang sedang ngetop-ngetopnya.
Baju mirip artis korea yang dilihat di drama terbaru yang mereka tonton.
Fashion
terbaru dari luar negeri secepat kilat masuk dalam gaya berbusana wanita
Indonesia. Perawatan tubuh bahkan bukan lagi mutlak wilayah kaum perempuan.
Lelaki pun berbondong-bondong menjadikannya gaya hidup. Dan munculah istilah
metroseksual, yang sudah bisa dipastikan mengimitasi dari fenomena yang sedang hot
di luar negeri sana.
Munculah
gaya pakaian ala Harazuku style yang sempat booming diimitasi banyak
anak muda. Model rambut, makanan, musik, film juga mendadak digemari
masyarakat. Sekali lagi, pola hidup konsumerisme semakin subur perkembangannya
di negara kita akibat sikap imitatif tadi.
b. Bahasa
Remaja
kita sekarang ini seperti anak kecil sampai orang dewasa sudah banyak yang fasi
memakai bahasa asing seperti bahasa Inggris, menurut mereka kalau tidak memakai
bahasa Inggris maka tidak gaul dan untuk kursus bahasa asing pun sudah banyak
disediakan tempat-tempatnya, bahkan bahasa Inggris pun sudah menjadi pelajaran
wajib bagi seiap jenjang pendidikan dan termasuk pelajaran yang di uji
nasional-kan, ini merupakan tuntutan juga bagi negara kita karena kita harus
menyiapkan generasi kita untuk siap di ranah dunia, maka dari itu mereka harus
paham bahasa yang dipakai dunia agar kita dapat berkomunikasi dengan warga
negara lain.
Dan yang baru-baru ini melejit yaitu
bahasa korea, yaitu mereka berpura-pura menjadi orang Korea.
Mereka menghafal satu dua kata bahasa korea dan dengan bangga menggunakannya
dalam percakapan sehari-hari. Maka jangan heran mendengar mereka berkata Kamsahamnida
untuk “berterima kasih”, Anneyeong Haseyo untuk “halo” atau “hai”, chukae untuk
“selamat”, Saranghaeyo untuk “aku cinta kamu” dan Bogosipo untuk
“aku rindu kamu”. Bagi mereka sekarang kata itu lebih gaul untuk digunakan.
Bahasa Indonesia? Wah, sudah terlalu kuno untuk mereka.
Ada pula yang mulai mengganti nama
mereka agar ‘berkesan Korea’. Mereka menambahkannya sebagai nama asli pada akun
facebook atau jejaring sosial lain. Pada keseharian pun mereka menggunakan nama
imitasi itu sebagai panggilan dengan sesama teman. Ada Ina Hyung Min,
Gita Sinhye, Riri Hyeong, Yunijar Choi Sang Jin, April Geun Seuk dan apalagi
lagilah sekreatif mereka. Semakin berkesan korea nama yang digunakan, maka
semakin keren dan gaul si pemilik nama.
Ini sangat disayangkan, karena
remaja-remaja sekarang lebih menganggap bahwa nama pemberian orangtua mereka
tidak gaul dan merasa minder jika namanya adalah nama yang sering dijadikan
ejekan.
2.5
Dampak positif dari pengimitasian
1.
Proses imitasi bukanlah sesuatu
yang buruk, jika yang diimitasi adalah sesuatu yang baik dan membangun untuk
dijadikan contoh dalam meningkatkan kualitas diri. Tepatnya jika yang diimitasi
adalah hal-hal positif dari pola pikir dan gaya hidup suatu bangsa.
Ironisnya, yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya.
2.
Masyarakat semakin pintar dalam
proses imitasi tetapi sungguh sangat disayangkan bukanlah dalam hal-hal
membangun. Bukankah banyak hal positif yang sangat bisa dicontoh dari negara
Jepang dan negara barat? Tapi mengapa hanya fashion dan gaya hidup yang menjadi
nomor satunya.
3.
Sikap disiplin, kerja keras ala
masyarakat Jepang sangat tepat untuk dijadikan bahan pembelajaran bagi
masyarakat kita guna perbaikan kualitas kerja. Begitu juga dengan sikap tepat
waktu, kemandirian, kompetitif khas dari budaya masyarakat Amerika amatlah
postif untuk ditiru. Selain itu, banyak lagi hal positif yang lebih
bermanfaat untuk ditiru daripada sekedar menjadi konsumen produk luar negeri.
4.
Budaya membaca dari masyarakat
Amerika dan Jepang merupakan hal paling penting yang mestinya mendapat
perhatian masyarakat kita. Kebiasaaan membaca di negara-negara tersebut
telah dimulai sejak usia dini. Sehingga setelah menamatkan bangku sekolah
menengah atas, siswa sekolah sudah berhasil menamatkan ratusan judul buku dan
menyelesaikan puluhan karya tulis.
2.6 Dampak
negatif dari pengimitasian
1. Lunturnya
budaya lama atau budaya asli bangsa kita sendiri
2. Tidak
bersikap terbuka terhadap budaya sendiri
3. Cenderung
bersikap kebarat-baratan (karena kita budaya orang Timur)
4. Tidak
bersikap simpati terhadap budaya sendiri
5. Menghilangkan
jati dirinya sendiri yang sesunggunhya
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Kita dapat mengetahui apakah kita termasuk orang pengkonsumsi imitasi
2.
Dapat mengetahui seberapa besar pengaruh budaya luar bagi bangsa kita sendiri
3.
untuk kedepannya kita bisa memilah dan dapat memfilter terhadap budaya asing
yang masuk.
4.
Dapat bersikap lebih kolektif terhadap budaya-budaya baru.
3.2
Saran
1.
Dapat menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai
produk dalam negeri.
2.
Harus selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi,
ekonomi, sosial budaya bangsa.
3.
Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi,
sosial budaya bangsa.
4.
Stasiun televisi hendaknya dapat memfilter dulu apa-apa yang layak untuk di
tayang dan pemilihan waktu penayangannya harus tepat dan di pikirkan.
5.
Orang tua harus dapat mengawasi tentang apa yang dilakukan anak-anak mereka
didepan media yang serba canggih sekarang ini.
6.
Orang tua harus memunyai pengetahuan tentang teknologi canggih sekarang ini
agar dapat mengontrol anak-anak mereka.
7.
memberikan pengetahuan dan nilai-nilai positif dari budaya masyarakat pemakai
bahasa tersebut kepada siswa sedini mungkin, bisa menjadi teladan mereka dalam
bersikap dan berpandangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://rahayusuciati.wordpress.com/2007/08/12/imitatif-yang-tak-positif/
2 komentar:
Makasih,
Ini sangat banyak membantu (y)
thank you very much
it is very helpful
Posting Komentar